Sejarah Teater Hastasa | Teater Hastasa merupakan salah satu Teater IAIN Sunan Ampel Surabaya yang berdiri pada tanggal 28 November 1992 di Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya dan Faruq Assegaf sebagai ketuanya.
Beberapa saat kemudian, seiring adanya dinamisasi wacana yang mereka
geluti, nama GENTA sepertinya kurang mewakili untuk dijadikan sebagai
simbol perwakilan kultur mereka, kemudian HASTA (Hasil Aspirasi Seniman
Tarbiyah) adalah pilihan nama yang mereka anggap cukup representatif.
Namun darah kreasi rupanya tak pernah beku mengalir dalam setiap
persendian perjuangan para anak muda tersebut. Kemudian lewat
perdebatan yang cukup panjang, dan perenungan yang lama, akhirnya di
tahun 1994 HASTA mengalami konversi menjadi HASTASA
(Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah Sunan Ampel). Dan akhirnya nama ini
yang cukup mewakili ssegenap ciri dan khas para penggagasnya. Hingga
menjadi ruh komunitas ini sampai detik ini.
Bengkel kreasi nurani TEATER HASTASA. Akhirnya
wadah kesenian ini tidak saja menjadi kebanggaan bagi warganya, namun
juga menjadi icon bagi masayaraka tarbiyah ataupun IAIN sunan ampel
pada umumnya. Tentu anggapan itu bukan hanya isapan jempol. Menapaki
usianya yang ke 13 bulan November 2003 lalu. Selama itu pula, teater
HASTASA telah beberapa kali menunjukkan eksistensinya dengan berbagai
karya yang ia telorkan, yaitu :
Disamping itu Teater Hastasa secara rutin mulai tahun 1995
mengikuti LDLK (Lomba Drama Lima Kota) yang diadakan oleh seniman
Surabaya pada setiap dua tahun sekali di Gedung Kesenian Cak Durasim
Jl. Genteng Kali dan pernah meraih Juara Umum pada tahun 1995, dengan
pementasan, yaitu “FERMENTASI “ yang disutradarai oleh Sbastian Dayat.
Selama itu pula, HASTASA telah beberapa kali melaksanakan
reformasi kepengurusan dengan ketua umum : Muhamhad Faruq Assegaf
(1992-1993), Sbastian Dayat (tahun 1993-1994), Amin Muhamad
(1994-1995), Kholili (1995-1996), Taufiqurrahman (1996-1997), Umar
Faruq (1997-1998), Mauluddin (1998-1999), Sunarto (2000-2001),
Rudiyanto (2001-2002), Aris Muhibullah (2002-2003), Fatchur Rohman
(2003-2004), Qitfirul Aziz (2004-2005), Sh. Ubaidhillah (2005-2006),
Ihsanuddin Asrori (2006-2008), dan Nanang Kurniawan (2007-2009 ). Ahmad
Masyhud Labibi (2009-2010). M Arkom Hidayat (2010-2011) M Alaika
Sa'dullah (2011 - 2012) Rofiullah Muadzin 2012 - Sekarang )
Teater merupakan prioritas bidang pengkaryaan yang diunggulkan.
Namun tidak berarti lantas buta dengan dunia keseniaan lainnya. Dalam
dunia sastra HASTASA telah melahirkan banyak penyair-penyair muda.
Antologi Puisi “Gerimis Altar” adalah pembukuan pertama kali karya
Karya HASTASA di bidang puisi. Kemudian disusul
antologi berikutnya “Pijar Perempuan”. Kemudian musikalisasi puisi juga
tidak bisa ditinggalkan ciri lain dari teater Hastasa. Dalam
acara-acara formal, baik di kampus maupun di lingkungan Surabaya, TEATER HASTASA sering memberi suguhan berupa musikalisai puisi.
HASTASA sebagai wadah pengkaderan bagi anggota,
rutinitas kesehariannya banyak diisi dengan berbagai kajian. Tidak
hanya wacana kesenian yang coba dibedah pemikiran maupun bidang
keilmuan lainnya yang juga tak luput dari objek kajiannya.
Post a Comment