Merari Siregar (lahir
di Sipirok, Sumatera Utara pada 13 Juli 1896 dan wafat di Kalianget, Madura,
Jawa Timur pada 23 April 1941) adalah sastrawan Indonesia angkatan Balai
Pustaka. Karyanya yang paling populer adalah Azab dan sengsara diterbitkan pada tahun 1920. Prosa berbentuk roman itu muncul saat pemerintah kolonial Belanda sedang gencar-gencarnya melaksanakan politik etis yang ditandai dengan berdirinya Conunissie Voor Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat).
Selain dikenal sebagai
sastrawan, dalam kesehariannya ia bekerja sebagai guru. Profesinya sebagai guru
sedikit banyak berpengaruh pada gaya bercerita dan karya sastranya, baik karya
asli maupun saduran. Penggunaan bahasa yang lancar dan rapi, ia tonjolkan dalam
setiap karyanya untuk menarik pembaca. Di samping bahasa yang enak dibaca,
Merari juga memberi nasihat, mengecam ketidakadilan, serta memberi pujian pada
tindakan yang tidak menyalahi aturan ataupun norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Merari Siregar merintis karirnya
sebagai pendidik dengan terlebih dahulu bersekolah di sekolah guru yang dulu
dikenal dengan istilah Kweekschool kemudian dilanjutkan ke Oosr en West, 'Timur
dan Barat' yang berlokasi di Gunung Sahari, Jakarta. Selanjutnya pada tahun
1923, pendidikan keguruannya dilanjutkan di sekolah swasta yang didirikan oleh
sebuah organisasi bernama Vereeniging Tot Van Oost En West.
Setelah menyelesaikan
studinya, Merari Siragar mengawali kiprahnya di dunia pendidikan dengan bekerja sebagai
guru bantu di Medan. Dari ibukota provinsi Raja Pejuang Batak melawan
Kolonialis Belanda Sumatera Utara itu, ia
kemudian pindah bekerja di Jakarta, tepatnya di Rumah Sakit CBZ atau yang
sekarang lebih dikenal dengan nama Rumah Sakit Mendirikan Indische Partij
(1912) Cipto Mangunkusumo.
Terakhir, ia bekerja di Opium end Zouregie di daerah Kalianget, Madura, hingga
akhir hayatnya.
Karya-karyanya
yang terkenal adalah
1.
Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. 1 tahun 1920,Cet.4 1965.
2.
Binasa Karena Gadis Priangan. Jakarta: Balai Pustaka 1931.
3.
Cerita tentang Busuk dan Wanginya Kota Betawi. Jakarta: Balai Pustaka 1924.
4.
Cinta dan Hawa Nafsu. Jakarta: t.th.
Bagus ditulis anda, mudah dibaca saya. Salam dari Frankfurt / Jerman.
ReplyDelete