Teater, mungkin sudah menjadi semacam isme, hingga banyak kalangan
merasa perlu mengabadikannya menjadi sebentuk institusi. Meski tidak profit
orIented, akhirnya terbentuk juga cekungan emas pada bejana itu. tak urung,
beribu niatan datang, berlomba untuk mengisinya menjadi tujuan atau
kepentingan. Nah, intersubjektifitasnya niatan ini, kayaknya dapat menyuburkan
isme dalam teater.
Lalu, entah apa yang menjadikan peradaban dunia menjadi seperti ini. Peradaban yang
hanya dimonopoli oleh satu garis satu warna, kapitalisme global. Yang pasti ia
bukan “angin segar”, tetapi semacam “daun ganja” yang siap meracuni bagi siapa
saja yang menghirupnya. Sebenarnya ngomong counter discourse, counter
hegemoni atau counter culture. Tetapi tidak dipungkiri, makhluk
itulah yang menjadi modus resistensi di masyarakat.
Tidak banyak sebenarnya yang coba diinginkan, cuman setidaknya dari
sekian banyaknya makhluk manusia. harus ada yang bersuara, agar ada dinamisasi
dan equilibilitas kebudayaan di belahan dunia ini.
Berawal dari sebuah perkumpulan biasa, beberapa mahasiswa Fak.
Tarbiyah mempunyai inisiatif mendirikan sebuah wadah keseniaan untuk menumbuh-kembangkan
keseniaan (teater) yang bersifat islami. Maka, sebagai generasi yang
merasa memiliki sejarah, beberapa mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Surabaya, yang tergabung dalam GENTA (Generasi Tarbiyah) merasa
terpanggil untuk menciptakan wadah kesenian bagi para peminat seni, untuk
mewujudkan impian tersebut. Tepatnya tanggal 28 November 1992 wadah tersebut
terbentuk dengan Moh. Faruq Assegaf sebagai ketuanya. Beberapa saat kemudian,
seiring adanya dinamisasi wacana yang mereka geluti, nama GENTA (Generasi
Tarbiyah) sepertinya kurang mewakili untuk dijadikan sebagai simbol perwakilan
kultur mereka, kemudian HASTA (Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah) adalah
pilihan nama yang mereka anggap cukup representatif. Namun darah kreasi rupanya
tak pernah beku mengalir dalam setiap persendian perjuangan para anak muda
tersebut. Kemudian lewat perdebatan yang cukup panjang, dan perenungan yang
lama, akhirnya di tahun 1994 HASTA mengalami konversi menjadi HASTASA
(Hasil Aspirasi Seniman Tarbiyah Sunan Ampel). Dan akhirnya nama ini yang cukup
mewakili segenap ciri dan khas para penggagasnya. Hingga menjadi ruh komunitas
ini sampai detik ini.
Bengkel kreasi dan nurani teater HASTASA. Akhirnya wadah
kesenian ini tidak saja menjadi kebanggaan bagi warganya, namun juga menjadi
icon bagi masayarakat tarbiyah ataupun IAIN sunan ampel pada umumnya. Tentu
anggapan itu bukan hanya isapan jempol. Menapaki usianya yang ke 20, bulan
November 2012 lalu. Selama itu pula, teater HASTASA telah beberapa kali
menunjukkan eksistensinya dengan berbagai karya yang ia telorkan, diantaranya :
TEATER
“Puisi
Anak Negeri” (Sofwan, 1992), “Trotoar” (Sofwan, 1992), “ Sajak
Kursi” (Sbastian Dayat, 1993), “Ghurur” (Sofwan, 1994), “Dingdong”
( A. Muhammad, 1994 ), “Bunga Hitam” ( Sbastian Dayat, 1994), “Singa
Padang Pasir” (A. Muhammad, 1994), “Balada Si Bino”
(Ujang, 1995), “Cermin-cermin” (Holili-Jurianto-Nur Ulwiyah,
1995), “Monolog Dan Kematian” (Sbastian Dayat, 1995),
“Fermentasi” (Sbastian Dayat, 1995), “The Death Of Sukardal” (Holili,
1996), “Nyanyian Sunyi” (Holili, 1996), “Hompimpa” (Asmuni,
1996), “Ketika Pawai Berakhir” (Holili, 1996), “Phobia” (A.
Muhammad, 1996), “Spektrum Kepala” (Ghandi, 1997), “Perempuan
Laut” (Dodik Yan Masfa, 1997), “zool” (Akhol Firdaus,
1997), “Keheningan di Ruang Santai” (Dodik Yan Masfa, 1998), “Senja
Kematian Cinta” (Baqiatus Shalihah, 2000),
“Perempuan Ibra” (Erik, 2002), “Origami” (Muslicha,
2003), “Noor” (Inay, 2004), “Marzuki Markonah” (Sugito,
2005), “Barzah” (Qitfirul, 2005), “Transbiosek” (Asrori,
2006), “Mengapa Aku Terlahir” (Sholihul, 2007), “TE” (Mukarromah,
2007),”KonTRAVeRsi Wak Lan”(Labibi, 2008), “ EgoMani”(Sholihul,
2008), “Lingkungan Kita Si Mulut Besar” (Zaim, 2008), “Republik Teror”
(Nanang, 2009), De Ponten part 1 (Hari Kurniawan, 2009), “Radirasa”
(M. Arqom, 2009), “De Ponten part 2” (Hari Kurniawan, Cak Durasim
2010), “Mak” (Labibi, 2010), “Orang sakit” (Kendi, 2011), “Nadi”
(Betel, 2011) “La-Murjero” (Zaim, 2012), “Pejalan Jauh” (Kendi,
2012)
FILM
“Tarbiyah
Vaganza” (Kurniawan,
2008), “Roman Ilalang” (Gatot, 2009)
“Testimoni Hastasa”,Oscar ‘12” (Fahrur
Rozi, 2012).
Disamping itu HASTASA secara rutin mulai tahun 1995
mengikuti LDLK (Lomba Drama Lima Kota) yang diadakan oleh seniman
Surabaya pada setiap dua tahun sekali di Gedung Kesenian Cak Durasim Jl.
Genteng Kali dan pernah meraih Juara Umum pada tahun 1995, dengan pementasan,
yaitu “FERMENTASI “ yang
disutradarai oleh Sbastian Dayat.
Selama
itu pula, HASTASA telah beberapa kali melaksanakan reformasi
kepengurusan dengan ketua umum : Muhamhad Faruq Assegaf (1992-1993), Sbastian
Dayat (tahun 1993-1994), Amin Muhamad (1994-1995), Kholili (1995-1996),
Taufiqurrahman (1996-1997), Umar Faruq (1997-1998), Mauluddin (1998-1999),
Sunarto (2000-2001), Rudiyanto (2001-2002), Aris Muhibullah (2002-2003), Fatchur
Rohman (2003-2004), Qitfirul Aziz (2004-2005), Sh. Ubaidhillah (2005-2006),
Ihsanuddin Asrori (2006-2008), Nanang Kurniawan (2007-2009), Ahmad Masyhud
Labibi (2009-2011), Muhammad Arqom Hidayat (2011-2012), Muhammad Alaika
Sa’dullah (2012-2013), Rofi’ullah Mu’adzin (2013-Sekarang).
Teater merupakan prioritas bidang pengkaryaan yang diunggulkan.
Namun tidak berarti lantas buta dengan dunia keseniaan lainnya. Dalam dunia
sastra HASTASA telah melahirkan banyak penyair-penyair muda. Antologi
Puisi “Gerimis Altar” adalah pembukuan pertama kali karya Karya HASTASA
di bidang puisi. Kemudian disusul antologi berikutnya “Pijar Perempuan”.
Kemudian musikalisasi puisi juga tidak bisa ditinggalkan ciri lain dari teater HASTASA.
Dalam acara-acara formal, baik di kampus maupun di lingkungan Surabaya, teater HASTASA
sering memberi suguhan berupa musikalisai puisi.
HASTASA sebagai wadah
pengkaderan bagi anggota, rutinitas kesehariannya banyak diisi dengan berbagai
kajian. Tidak hanya wacana kesenian yang coba dibedah pemikiran maupun bidang
keilmuan lainnya yang juga tak luput dari objek kajiannya.
Demikian dari sekelumit tentang teater HASTASA Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. salam seni !!!! Salam budaya !!!
Surabaya, 07 September 2013.
Post a Comment